Naik Gunung dengan Jam Tangan KW? Yakin?
Diperbarui jam: 09:06
Waktu memang sangat penting, terutama bagi Saya yang hobi traveling, ketepatan waktu sangat diperlukan agar tidak terlambat ketika ingin berlibur ke suatu tempat.
Akhir akhir ini Saya memang sedang semangatnya mendaki gunung, selama satu tahun belakangan, Saya bisa mendaki gunung sebulan sekali, bahkan pernah satu minggu dua kali.
Walaupun gunung yang Saya daki rata-rata tidak terlalu tinggi, seperti gunung Andong, Ungaran, Sumbing, Merapi, Lawu, dan Merbabu yang memang ketinggiannya masih dibawah 3500 Mdpl.
Nah, berbicara tentang gunung, Saya punya cerita menarik ketika mendaki gunung Ungaran.
Gunung Ungaran merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Semarang, gunung ini berlokasi di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dengan ketinggian 2050 Mdpl.
Pendakian dimulai pukul 20:00 WIB dari Basecamp Mawar, saat itu Saya diajak salah satu teman untuk mengantarkan rombongan dari Klaten berjumlah 11 orang untuk mendaki di gunung Ungaran.
Asal tau saja, untuk bisa sampai di puncak gunung Ungaran, pendakian hanya memakan waktu sekitar 4 jam saja lho, tidak terlalu lama kan? Karena itu Kami mendaki di malam hari.
Cuaca saat itu bisa dibilang agak mendung disertai angin yang cukup kencang.
Pendakian berjalan lancar tanpa kendala hingga di Kebun Teh Medini. Saat sampai di kebun teh inilah kabut mulai menyelimuti hingga jarak pandang hanya sekitar 1 meter saja, bahkan cahaya dari senter Kami-pun tidak dapat menembus tebalnya kabut itu.
Jalur-pun tidak terlihat dengan jelas, untungnya, ini adalah pendakian ke-7 Saya di gunung Ungaran selama satu tahun terakhir, jadi Saya masih ingat betul jalur pendakiannya.
Melihat jarum jam, ternyata sudah hampir pukul 9 malam, dan Kami baru sampai di kebun teh karena terlalu banyak istirahat.
Akhirnya Kami memutuskan untuk tidak berhenti berjalan hingga melewati kebun teh. Jam menunjukkan pukul 21:15 WIB, akhirnya Kami sampai di hutan yang berada diatas kebun teh tadi.
Pendakian sebenarnya akan dimulai dari sini, dimana jalur sudah tidak lagi mudah seperti sebelumnya.
Setelah istirahat sebentar, Kami melanjutkan perjalanan. Memasuki hutan, kabut sudah mulai menghilang, dan gerimis datang menggantikannya yang membuat jalur semakin licin.
Dari sinilah Kami dipaksa untuk menggunakan kedua tangan, merangkak sambil saling tarik menarik.
Semua pakaian Kami kotor akibat tanah yang basah dan akar-akar pohon yang licin.
Selama kurang lebih 1 jam Kami berjibaku di dalam hutan, akhirnya sekitar pukul 22:00 Kami berhasil melewati hutan tersebut dan sampai di lokasi yang biasa disebut puncak bayangan.
Di puncak bayangan ini angin terasa sangat kencang sekali, bahkan saking kencangnya, cover bag yang menyelimuti tas di punggung ikut terbang terbawa angin.
Sayup-sayup mata melirik kearah jam ditangan, ternyata jarum jam sudah berada di angka 22:30 dengan kacanya yang mulai beku dan basah.
Perjalanan Kami di puncak bayangan ini diiringi dengan kabut dan angin kencang yang membuat berat untuk berjalan, bahkan untuk berdiri sekalipun.
Akhirnya Kami memutuskan untuk berhenti di puncak bayangan dan melanjutkan perjalanan ke puncak esok hari.
Tapi untuk meyakinkan rombongan, Kami berdua berinisiatif untuk mengecek langsung keadaan di puncak. Akhirnya Saya dan teman Saya melanjukan perjalanan berdua menuju puncak, sedangkan rombongan tetap di puncak bayangan.
Dengan fokus melihat jalur di bawah kaki, tanpa melihat kearah lain sekalipun melihat waktu, Kami mencoba berusaha sekuat tenaga untuk bisa sampai di puncak secepatnya.
Dan ya, akhirnya Kami sampai tepat di bawah puncak Ungaran.
Kabar baiknya, di puncak sudah tidak ada kabut lagi, mata langsung tertuju kearah depan, terdapat pemandangan yang membuat Kami diam tanpa bergerak dengan tangan bertumpu pada batu besar di samping Kami.
Inilah kabar buruknya, angin di puncak Ungaran sangat kencang sekali hingga membuat tenda didepan Kami hancur. Lalu Kami berinisiatif untuk mendekatinya, tapi apa daya angin yang terlalu kuat membuat badan Saya terlempar dan hampir jatuh ke jurang.
Jadi Kami harus berjalan sambil merangkak untuk mendekati tenda tersebut. Hingga akhirnya Kami memutuskan untuk kembali kebawah karena keadaan di puncak tidak memungkinkan.
Spontan mata melihat jam yang melekat di tangan, ternyata jam Saya sudah beku dan berhenti berputar akibat suhu yang cukup dingin, membuat Kami tidak mengetahui waktu.
Lalu, kami berusaha secepatnya untuk turun walaupun sambil terpeleset.
Akhirnya Kami sampai di puncak bayangan bersama rombongan, dan memutuskan untuk mendirikan tenda disitu. Iseng Saya bertanya waktu ke salah satu rombongan, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 02:00.
Kaget rasanya, ternyata Kami menghabiskan banyak waktu ketika di perjalanan menuju dan kembali dari puncak karena tidak adanya penunjuk waktu yang baik.
Wajar memang, karena jam yang Saya pakai adalah jam KW yang kualitasnya sangat dibawah standar.
Karena itu Saya tidak menyarankan kepada kalian, ketika ingin bepergiaan ketempat yang memang mengedepankan waktu, jangan pernah menggunakan jam tangan dengan kualitas rendah, gunakanlah jam tangan ori.
Di zaman modern ini, untuk mendapatkan jam tangan ori Kita tidak perlu pergi keluar negeri dulu, sambil tiduran di rumah-pun kalian bisa membeli jam tangan ori via online.
Nah, salah satu online shop yang paling Saya rekomendasikan untuk membeli jam tangan ori adalah Rada Time.
Di Rada Time, kalian bisa menemukan berbagai jenis jam tangan dengan style yang sangat keren, dan tentunya asli bukan KW seperti yang pernah Saya pakai dulu :D
gunung ungaran.
Akhir akhir ini Saya memang sedang semangatnya mendaki gunung, selama satu tahun belakangan, Saya bisa mendaki gunung sebulan sekali, bahkan pernah satu minggu dua kali.
Walaupun gunung yang Saya daki rata-rata tidak terlalu tinggi, seperti gunung Andong, Ungaran, Sumbing, Merapi, Lawu, dan Merbabu yang memang ketinggiannya masih dibawah 3500 Mdpl.
Nah, berbicara tentang gunung, Saya punya cerita menarik ketika mendaki gunung Ungaran.
Gunung Ungaran merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Semarang, gunung ini berlokasi di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dengan ketinggian 2050 Mdpl.
Pendakian dimulai pukul 20:00 WIB dari Basecamp Mawar, saat itu Saya diajak salah satu teman untuk mengantarkan rombongan dari Klaten berjumlah 11 orang untuk mendaki di gunung Ungaran.
Asal tau saja, untuk bisa sampai di puncak gunung Ungaran, pendakian hanya memakan waktu sekitar 4 jam saja lho, tidak terlalu lama kan? Karena itu Kami mendaki di malam hari.
Cuaca saat itu bisa dibilang agak mendung disertai angin yang cukup kencang.
Pendakian berjalan lancar tanpa kendala hingga di Kebun Teh Medini. Saat sampai di kebun teh inilah kabut mulai menyelimuti hingga jarak pandang hanya sekitar 1 meter saja, bahkan cahaya dari senter Kami-pun tidak dapat menembus tebalnya kabut itu.
Jalur-pun tidak terlihat dengan jelas, untungnya, ini adalah pendakian ke-7 Saya di gunung Ungaran selama satu tahun terakhir, jadi Saya masih ingat betul jalur pendakiannya.
Melihat jarum jam, ternyata sudah hampir pukul 9 malam, dan Kami baru sampai di kebun teh karena terlalu banyak istirahat.
Akhirnya Kami memutuskan untuk tidak berhenti berjalan hingga melewati kebun teh. Jam menunjukkan pukul 21:15 WIB, akhirnya Kami sampai di hutan yang berada diatas kebun teh tadi.
Pendakian sebenarnya akan dimulai dari sini, dimana jalur sudah tidak lagi mudah seperti sebelumnya.
Setelah istirahat sebentar, Kami melanjutkan perjalanan. Memasuki hutan, kabut sudah mulai menghilang, dan gerimis datang menggantikannya yang membuat jalur semakin licin.
Dari sinilah Kami dipaksa untuk menggunakan kedua tangan, merangkak sambil saling tarik menarik.
Semua pakaian Kami kotor akibat tanah yang basah dan akar-akar pohon yang licin.
Selama kurang lebih 1 jam Kami berjibaku di dalam hutan, akhirnya sekitar pukul 22:00 Kami berhasil melewati hutan tersebut dan sampai di lokasi yang biasa disebut puncak bayangan.
Di puncak bayangan ini angin terasa sangat kencang sekali, bahkan saking kencangnya, cover bag yang menyelimuti tas di punggung ikut terbang terbawa angin.
Sayup-sayup mata melirik kearah jam ditangan, ternyata jarum jam sudah berada di angka 22:30 dengan kacanya yang mulai beku dan basah.
Perjalanan Kami di puncak bayangan ini diiringi dengan kabut dan angin kencang yang membuat berat untuk berjalan, bahkan untuk berdiri sekalipun.
Akhirnya Kami memutuskan untuk berhenti di puncak bayangan dan melanjutkan perjalanan ke puncak esok hari.
Tapi untuk meyakinkan rombongan, Kami berdua berinisiatif untuk mengecek langsung keadaan di puncak. Akhirnya Saya dan teman Saya melanjukan perjalanan berdua menuju puncak, sedangkan rombongan tetap di puncak bayangan.
Dengan fokus melihat jalur di bawah kaki, tanpa melihat kearah lain sekalipun melihat waktu, Kami mencoba berusaha sekuat tenaga untuk bisa sampai di puncak secepatnya.
Dan ya, akhirnya Kami sampai tepat di bawah puncak Ungaran.
Kabar baiknya, di puncak sudah tidak ada kabut lagi, mata langsung tertuju kearah depan, terdapat pemandangan yang membuat Kami diam tanpa bergerak dengan tangan bertumpu pada batu besar di samping Kami.
Inilah kabar buruknya, angin di puncak Ungaran sangat kencang sekali hingga membuat tenda didepan Kami hancur. Lalu Kami berinisiatif untuk mendekatinya, tapi apa daya angin yang terlalu kuat membuat badan Saya terlempar dan hampir jatuh ke jurang.
Jadi Kami harus berjalan sambil merangkak untuk mendekati tenda tersebut. Hingga akhirnya Kami memutuskan untuk kembali kebawah karena keadaan di puncak tidak memungkinkan.
Spontan mata melihat jam yang melekat di tangan, ternyata jam Saya sudah beku dan berhenti berputar akibat suhu yang cukup dingin, membuat Kami tidak mengetahui waktu.
Lalu, kami berusaha secepatnya untuk turun walaupun sambil terpeleset.
Akhirnya Kami sampai di puncak bayangan bersama rombongan, dan memutuskan untuk mendirikan tenda disitu. Iseng Saya bertanya waktu ke salah satu rombongan, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 02:00.
Kaget rasanya, ternyata Kami menghabiskan banyak waktu ketika di perjalanan menuju dan kembali dari puncak karena tidak adanya penunjuk waktu yang baik.
Wajar memang, karena jam yang Saya pakai adalah jam KW yang kualitasnya sangat dibawah standar.
Karena itu Saya tidak menyarankan kepada kalian, ketika ingin bepergiaan ketempat yang memang mengedepankan waktu, jangan pernah menggunakan jam tangan dengan kualitas rendah, gunakanlah jam tangan ori.
Di zaman modern ini, untuk mendapatkan jam tangan ori Kita tidak perlu pergi keluar negeri dulu, sambil tiduran di rumah-pun kalian bisa membeli jam tangan ori via online.
Nah, salah satu online shop yang paling Saya rekomendasikan untuk membeli jam tangan ori adalah Rada Time.
Di Rada Time, kalian bisa menemukan berbagai jenis jam tangan dengan style yang sangat keren, dan tentunya asli bukan KW seperti yang pernah Saya pakai dulu :D
Jangan lupa selalu kunjungi Brobali.com untuk mendapatkan informasi menarik lainnya